Cetakan Pasir
Bahan
cetakan yang lazim digunakan adalah pasir, baik yang mengandung lempung sebagai
pengikat, maupun pengikat khusus. Bahan cetakan dibagi menjadi dua bagian :
- Permanen :
terbuat dari besi dan paduan, grey
cast iron, steel dll.
- Temporer :
terbuat dari pasir, resin, ceramic, dll.
Proses
pembuatan cetakan secara umum diklasifikasikan menjadi dua :
- Dengan
tangan (hand moulding), untuk
skala produksi kecil.
- Dengan
mesin (machine moulding), untuk
skala produksi besar.
Berdasarkan
jenis material yang digunakan diklasifikasikan menjadi :
- Cetakan
pasir (Green sand moulds),
- Cetakan
pasir kering (Dry sand moulds)
- Cetakan
tanah liat (Loam moulds)
- Cetakan
logam (Metal moulds)
Pasir Cetak
Sifat-sifat
yang harus dimiliki pasir cetak adalah :
- Sifat tahan panas, pasir tidak boleh meleleh di
bawah pengaruh panas. Temperatur dimana pasir mulai meleleh disebut titik sinter. Semakin besar butiran
pasir semakin tinggi titik sinternya.
- Permeabilitas (daya salur udara), pasir yang dipadatkan
harus dapat dilalui oleh udara gas hasil pemanasan. Permeabilitas
tergantung dari besar butir, bentuk butir, kadar air, dan kadar tanah liat
(clay).
- Besar dan bentuk butir, ukuran butir pasir ditunjukkan
dengan GFN (Grain Fineness Number)
makin tinggi angkanya pasir makin halus. Untuk mengetahui penyebaran dari
besar butir pasir dilakukan dengan analisa ayak (Sieve analysa). Bentuk butir pasir diklasifikasikan menjadi bersudut
(angular), sebagian bersudut (sub angular), bulat (rounded), kristal (compound).
Gambar
5.1 Bentuk
Butir Pasir
Tabel 5.1 Ukuran Besar Butir Pasir
No
|
GFN
|
Metal
|
1
|
40 - 50
|
Baja (Steel
)
|
2
|
50 - 70
|
Besi tuang kelabu (Grey cast iron)
|
3
|
60 – 80
100 - 140
|
Tembaga (Coper) dan paduan ringan (Light
alloys)
|
- Kadar tanah liat (Clay), menurut kadar tanah liatnya pasir alam dibagi menjadi
tiga golongan, yaitu
1. pasir silicious (kadar tanah liat
kurang dari 2%), digunakan sebagai inti (core)
atau sintetis mould.
2. pasir dengan kadar clay rendah (3 –
8%), digunakan untuk membuat pasir cetak semi sintetis, dengan menambahkan clay
(bentonite).
3. pasir cetak alam (6 – 25%).
- Kadar air (moisture content), ini penting untuk menentukan mudah tidaknya
suatu pasir dibuat cetakan. Kadar air tinggi menyebabkan permeabilitas
rendah, sebaliknya kadar air rendah menyebabkan kekuatan (strength) menurun.
- Kekuatan tekan basah (Green compression strength), untuk menghindari perubahan
bentuk dari cetakan, pasir harus mempunyai kekuatan tekan basah minimum
700 g/cm2.
- Kekuatan geser basah (Green shear strength), untuk mencegah pecahnya pasir bila
cetakan diangkut dari model, dianjurkan pasir mempunyai kekuatan geser
basah minimu 200 g/cm2.
- Kemampuan alir (Flowability), sifat yang memungkinkan pasir menutupi seluruh
model dengan baik, terutama pada dinding vertikal dan sudut. Kemampuan
alir dipengaruhi oleh kadar air, besarnya antara 45-55%.
- Kekerasan
(Hardness), sifat ini
penting untuk mendekati tegangan tekan dan geser.
Tabel
5.2 Pengujian kekerasan cetakan pasir :
No
|
Tingkat kekerasan
|
Kekerasan
|
1
|
rendah
|
40
|
2
|
medium
|
50
|
3
|
tinggi
|
70
|
4
|
sangat tinggi
|
85
|
Cetakan Pasir dengan Pengikat Khusus
Cetakan
pasir basah dengan pengikat lempung adalah murah, teapi kekuatannya rendah,
sehingga pasir basah tidak dapat dipakai untuk cetakan benda tipis dan untuk
inti. Cetakan kulit (shell mould),
CO2, self hardness, dan sebagainya
adalah contoh cetakan yang mempergunakan pengikat khusus.
Pembuatan Cetakan dengan Cara C02
Air
kaca 3 – 6% ditambahkan pada pasir silica yang mempunyai kadar lempung
sesedikit mungkin dan dicampur dengan menggunakan pengaduk pasir. Butir-butir
pasir lebih baik agak bundar. Air kaca kaca yang dipakai harus mempunyai
perbandingan molekul SiO2 dan Na2O lebih dari 2,5 dan air
yang bebas di bawah 50% serta mempunyai viskositas rendah. Pencampuran pasir
silica dan air kaca dilakukan selama kurang dari 5 menit, dan campuran harus
diisolasi dari udara luar dan dalam satu bejana.
Gas
CO2 ditiupkan ke dalam cetakan pada tekanan 1,0 – 1,5 kgf/cm2,
maka cetakan ini akan mengeras dalam waktu singkat. Cara pembuatan cetakan ini
disebut cara CO2. Reaksi pengerasan pada cara CO2
dijelaskan dengan rumus sebagai berikut :
Na2O
. SiO2 . xH2O
+ CO2 Na2CO3
. xH2O + SiO2
Metode
pembuatan cetakan dengan cara CO2 adalah sebagai berikut :
1.
Pasir
dipadatkan ke dalam kotak cetakan (inti) dan lubang angin dibuat dengan
menggunakan jarum.
2.
Cetakan
ditiup dan jarum-jarum ditarik sehingga terjadi lubang-lubang.
3.
Gas
CO2 dialirkan melalui lubang-lubang itu.
4.
Keluarkan
pola dari cetakan (inti).
Gambar
5.2 Proses
Pembuatan Cetakan (inti) dengan CO2
Pembuatan
Cetakan dengan Mengeras Sendiri
(Self Hardness)
Apabila
pengikat khusus dibubuhkan pada pasir cetak maka cetakan yang dibuat dari
campuran ini mengeras secara alamiah. Reaksi pengerasan dimulai segera atau
beberapa saat setelah pencampuran pasir dengan pengikat. Oleh karena itu waktu
pengolahan pasir harus cocok dengan waktu pembuatan cetakan, dan tidak baik
membiarkan campuran pasir untuk waktu yang lama setelah pencampuran. Sebagai
pengikat dipakai :
Bahan
organic :
Bahan
pengikat organic yang dipakai adalah minyak yang didenaturkan atau resin furan. Dalam pemakaian minyak tersebut,
ditambahkan 1 – 5% minyak pada pasir silica, selain itu ditambah juga sabun
logam atau kalium permanganat 0 – 10%
dari jumlah minyak, sebagai zat pengoksid.
Dalam
pemakaian resin furan, ditambahkan 2
– 3% pasir silica, disamping itu juga ditambahkan asam fosfat atau asam borat
sebanyak 20 – 30% dari jumlah resin sebagai pengeras. Untuk mencampur dipakai
pengaduk pasir yang biasa dengan waktu pengadukan tersebut dipengaruhi oleh
temperature pasir dan keadaan udara luar. Kalau temperature udara luar pada
waktu pengolahan pasir dan temperatur pasir rendah, maka oksidasi dan timbulnya
kekuatan basah lebih lambat sedangkan kalau pasir dipanaskan, oksidasi dan
timbulnya kekuatan basah dipercepat. Derajat peningkatan itu diatur oleh jumlah
zat pengeras. Kekuatan pasir setelah pencampuran bertambah sesuai dengan waktu,
setelah 24 jam kekuatan tekanannya menjadi 10 – 15 kgf/cm2.
Semen
Semen
Portland 6 –
12% ditambahkan pada pasir silica, juga selain itu ditambahkan zat pengeras
lain seperti gula tetes atau kalsium khlorida dan air sebanyak 50 – 100% dalam
perbandingan pada semen yang kemudian diaduk. Pasir dan semen dicampur selama 2
menit oleh pengaduk pasir jenis Shimson, kemudian air ditambahkan dan diaduk
selama 3 – 5 menit. Kadang-kadang bubuk kayu atau bubuk arang dicampurkan ke
dalamnya untuk memperbaiki sifat mampu ambruknya.
Dalam
pembuatan cetakan, pasir campuran semen dimasukkan ke dalam rangka cetakan
sewaktu belum kehilangan fluiditasnya, dan pola dikeluarkan sebelum kekuatan
pasir semen meningkat, dimana harus diperhatikan agar tidak boleh terjadi
retak. Apabila disangsikan akan terjadi kerusakan pada cetakan sewaktu
penarikan pola, maka penarikan lebih baik dilakukan setelah cetakan keras.
Tentu saja penarikan menjadi lebih sukar. Oleh karena itu permukaan pola lebih
baik dibuat halus dan diberi kemiringan yang cukup serta dilapisi dengan minyak
encer atau minyak tanah supaya mudah ditarik.
Cetakan
berukuran kecil dari pasir campuran semen dipakai sewaktu basah, sedangkan
cetakan berukuran besar lebih baik dikeringkan dulu pada temperatur 200 oC
selama 2 – 3 jam.
Air-Kaca
– Terak
Campuran
pasir dengan tambahan terak atau semen mengeras pada temperature kamar dan
menunjukkan kekuatan yang cukup untuk suatu cetakan karena terak atau semen
bekerja sebagai zat pengeras. Pasir macam ini lebih murah dibandingkan dengan
pasir pengeras CO2 dan menunjukkan mamu ambruk yang lebih baik,
karenanya kadang-kadang pasir tersebut dipakai. Hal-hal yang harus diperhatikan
adalah :
1.
Kekuatan
cetakan terjadi dalam waktu yang singkat, lubang-lubang kecil atau gelembung
udara terjadi kalau logam cair dituangkan tiba-tiba, sebab terkandung kadar air
sisa yang banyak. Oleh karena itu lebih baik kalau menuangkan logam cair ke
dalam cetakan 24 jam atau lebih setelah pembuatan cetakan.
2.
Pengambilan
pola lebih baik dilakukan 40 -60 menit untuk kup dan 90 -120 menit untuk drag
setelah pembuatan cetakan. Zat pemisah harus dipulaskan secukupnya pada pola
untuk mencegah karat.
3.
Permukaan
cetakan dilapisi dengan bubuk grafit atau sebangsanya. Tanpa pelapis cetakan,
pengambilan pasir akan sukar dan permukaan coran menjadi kasar.
Air-Kaca
– Bubuk Logam
Campuran
pasir air-kaca dan bubuk logam seperti Si atau Al mengeras karena reaksi
eksotermis. Reaksi ini sangat keras dan air hilang sebab membentuk hydrogen.
Oleh karena itu akan diperoleh cetakan yang kuat tanpa air.
Cara
yang mempergunakan fero silicon sebagai bubuk silicon disebut proses-N, ialah
cara yang paling terkenal dari tipe ini. Dalam mempergunakan cetakan ini harus
memperhatikan hal-hal berikut :
1.
Reaksi
kimia harus telah berkahir. Kalu logam cair dituangkan ke dalam cetakan yang
reaksinya belum selesai, maka reaksi pembentukan gas hydrogen akan terjadi
karena cetakan terpanasi, yang dapat menyebabkan ledakan.
2.
Laju
reaksi tergantung pada temperatur udara luar. Oleh karena itu susunan dan waktu
pencampuran harus ditentukan pada keadaan normal.
Pelapis
Cetakan
Bagi
cetakan pasir dengan pengikat khusus harus dipilih pelapis cetakan yang cocok
sesuai dengan : nomor kehalusan butir dari pasir, bahan, tebal dan bentuk
coran, jenis pengikat, dan sebagainya. Pelapis cetakan di bawah ini adalah yang
biasa dipakai, antara lain :
1.
Pelapis
ceakan air ; grafit kerak 35 bagian, grafit tanah 35 bagian, lempung tahan api
15 bagian, pengikat (tetes atau lainnya) 3 bagian, bata tahan api kelas tinggi
(sebagai contoh, bunga zircon) 12 bagian dan air 100 – 200 bagian diaduk untuk
diapakai sebagai pelapis. Kemudian dipulaskan pada permukaan cetakan dan
dikeringkan.
2.
Pelapis
cetakan kering cepat ; methanol mutu tinggi 100 bagian, resin fenol 2 bagian,
terpeten 1,4 bagian diaduk. Campuran tesebut 60 – 70 bagian, grafit kerak 20
bagian, grafit tanah 10 bagian, jelaga kokas 20 bagian, lempung tahan api 10
bagian dan bunga zircon 40 bagian diaduk untuk dipakai sebagai pelapis. Ia
dipulaskan pada permukaan cetakan dan
dibakar sehingga pelarutnya terbakar. Pelapis-pelapis cetakan itu dipakai untuk
cetakan atau inti dari pasir minyak, cetakan CO2, atau cetakan kulit. Cara
penggunaannya ialah dengan memulaskan, menyemprotkan atau mencelupkan dan
pemilihan cara tersebut tergantung pada bentuk cetakan atau efisiensi kerja.
Perlengkapan Cetakan
Penyangga
Penyangga
dibuat dari logam yang dipergunakan menyangga inti. Bentuk dan ukuran penyangga
harus sesuai dengan keadaan coran, dan bahannya sebaiknya sama dengan bahan
coran. Adapun bentuk jenis penyangga antara lain :
-
Penyangga
kepala ganda, adalah jenis yang paling lazim dipakai. Jenis ini mempunyai
berbagai bentuk dan ukuran. Batang di antara kedua kepala berulir agar mudah
berfusi dengan logam. Kedua kepala mempunyai lubang-lubang kecil agar gas yang
datang pada penuangan mudah keluar.
-
Penyangga
batang, dipakai untuk menyangga inti coran yang besar. Penyangga ini diikat
oleh batang panjang pada rangka cetakan, rangka atau mandrel.
-
Penyangga
berlubang, dibuat dari pelat baja tipis yang mempunyai banyak lubang yang dapat
melewatkan gas keluar dan berfusi dengan logam sekelilingnya. Dipakai untuk
coran yang kecil dan coran yang kedap tekanan.
-
Penyangga
pelat logam, dibuat dari pelat baja tipis yang dipres. Jenis ini kecil tapi
kuat walaupun bersentuhan dengan logam cair.
-
Penyangga
coran, dibuat dengan pengecoran logam yang sama dengan logam coran. Dibuat
untuk coran yang tebal dan besar.
-
Penyangga
radiator, dipakai untuk menyangga inti dari coran kecil. Dipasang pada cincin
yang diletakkan pada permukaan cetakan.
Gambar 5.3 : Berbagai Macam Penyangga
Mandrel
Mandrel
adalah kerangka yang diletakkan dalam inti atau cetakan untuk mencegah patahnya
inti. Penggunaan yang salah dari mandrel mempengaruhi efisiensi pembuatan
cetakan dan opersi pembongkaran selanjutnya, menyebabkan cacat coran. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penentuan mandrel adalah :
-
Pertimbangkan
mengenai pemuaian panas dalam pengeringan dan penuangan
-
Pertimbangkan
mengenai penyusutan coran setelah penuangan
-
Buatlah
mandrel yang tahan akan penggunaan berulang
-
Sifatnya
memperkuat inti agar mampu menerima tekanan dari logam cair
Pemberat
Dalam
penuangan logam cair ke dalam cetakan, kup mengalami daya apung karena logam
cair. Maka pemberat perlu diletakkan di atas kup untuk mencegah terapungnya.
Pemberat dihitung menurut rumus sbagai berikut :
W
= k P A (kgf) =
(1,5 – 2,0) . λ .
A . h (kgf)
dengan
:
P :
tekanan dinamik dari logam pada permukaan pemisah (kgf/cm2)
:
P = λ h
:
λ
: berat jenis logam cair, mis.
0.0073 kg/cm3 untuk besi cor kelabu
:
h : tinggi saluran turun di atas permukaan
pemisah
A :
luas irisan rongga cetakan pada bagan (cm2)
k :
factor keamanan (1,5 – 2,0)
(Sumber : Diklat Teknik Pengecoran Teknik Mesin Universitas Jember 2006)
Proses pengecoran bisa membuat Bentuk lubang yang dinginkan pada bagian mesin
BalasHapus