Generator DC

Halo gaess,, kali ini kita akan membahas mengenai Generator DC beserta prisnsip kerjanya.. Asal tahu aja. Materin ini saya ambil dari video lawas mengenai generator. Mohon maaf kalau susunan katanya agaca adut. :D  kalau kurang jelas, agan agan bisa lihat langsung videonya dibawah ini



Generator awal mulanya adalha digunakan untuk keperluan militer yang kemudian juga digunakan untuk blower dan juga pada komponen elektrik roket. Dalam perkembangannya, geneator  juga digunakan dan dijual missal untuk keperluan missal seperti halnya pada kendaraan bermotor.
            Pada dasarnya, generator didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk menghasilkan energi listrik. Pada generator, enerdi listrik yang dihasilkan adalah hasil dari perubahan energi mekanik sebagai sumbernya.Dengan kata lain, generator bukan menciptakan listrik, melainkan menimbulkan arus listrik. Analogi yang tepat untuk menggambarkan peristiwa ini adalah pompa air dimana pompa hanya menghasilkan arus air tetapi air berasal dari sumber lain. Pada generator listrik, sumber energi mekanik berasal dari turbin, motor, dan ain lain.
Dasar Prinsip Kerja Generator
            Apabila sebuah konduktor digerakan pada medan magnet, maka knduktor tersebut akan memotong garis gaya magnet sehingga menimbulkan beda tegangan (v).
            Menggerakkan konduktor kebawah inti dari medan magnet membuat konduktor memotong garis gaya magnet sehingga terjadi arus listrik one direction yang mana apabila digambarkan dalam sebuah gelombang akan terjadi gelombang bukit. Dan apabila konduktor digerakan keatas, maka akan terjadi gelombang lembah.
            Apabila konduktor digerakkan kekanan atau kekiri terhadap medan magnet, maka konduktor tidak akan memotong garis gaya magnet sehingga tidak menghasilkan beda tegangan.
            Generator sederhana dapat dibuat dari sebuah coil yang berotasi terhadap medan magnet. Pada coil dibawah ini terdapat dua bagian koil yang akan memotong garis gaya magnet. Arua listik yang dihasilkan oleh generator tergantung pada :
1. Kekuatan dan jumlah garis gaya magnet
2. Panjang konduktor, dan
3. Kecepatan rotasi konduktor


            Secara actual, pergerakan konduktor pada generator bukan membentuk garis lurus melainkan berotasi terhadap garis gaya magnet. Dengan kata lain, lintasan yang terjadi pada kondisi factual adalah lintasan yang membentuk lingkaran. Pada kondisi tersebut, jumlah garis gaya magnet yang dipotong oleh konduktor bervariasi.

            Pada saat konduktor berada dititik atas, maka tidak ada garis gaya magnet yang dipotong oleh konduktor sehingga tidak ada beda tegangan yang terjadi. Pada saat konduktor berada pada sudut 90 derajat, maka disanalah letak beda tegangan maksimal. Pergerakan konduktor secara rotasi jika digambarkan pada sebuah gelombang akan menghasilkan gelombang bukit dan lembah dalam sekali rotasi. Dengan kata lain, generator ini akan menjadi generator AC.

Generator DC
            Untuk menghasilkan generator dengan arus DC, maka digunakan komutator untuk mengkonversi putaran coil menjadi arus DC. Jika hal ini digambarkan sebagai gravik gelombang, makan yang akan tergambarkan adalah gelombang yang hanya berbentuk bukit saja tanpa adanya lembah yang disebut ripple. Agar dihasilkan gelombang yang halus maka perlu dilakukan penambahan loop dan komutator. Semakin banyak loop dan komutator, maka gelombang yang dihasilkan akan semakin halus dan dapat diasuksikan sebagai gelobang yang stabil..
            Penambahan magnet juga mempengaruhi banyaknya garis gaya magnet yang terpotong. Apabila komutator an loopnya juga ditambah, maka gelombang yang terjadi akan semakin halus dan juga dapat diasumsikan sebagai gelombang yang stabil.
            Pada kondisi sebenarnya, tedapat banyak loop dan komutator pada sebuah generator. Loop dipasang miring agar pada saat salah satu loop sudah selesai memotong garis gaya magnet langsung ditutupi oleh loop lain yang memotong garis gaya magnet sehingga tidak terjadi senggang waktu yang berdampak pada garis gelombang lurus.

            Salah satu masalah yang sering terjadi pada generator adalah teradinya percikan api diantara komutator dan brush. Hal ini berkaitan dengan posisi dari brush. Seperti yang telah diulas diatas bahwa terdapat titik netral yang ada pada generator yang apabila dihubungkan menjadi sebuah garis makan dapat disebut dengan Neutral Plane. Apabila pada titik ini dipasang brush, maka tidak akan terjadi loncatan percikan bunga api.
            

            Pada kenyataannya, konduktor yang berotasi terhadap medan magnet akan menghasilkan medan magnet terhadap dirinya sendiri. Hal ini akan meenyebabkan pergeseran pada garis netral sehingga pada posisi tersebut akan terjadi percikan bunga api diantara komulator dan brush.

            Ada dua cara untuk menghilangkan percikan bunga api ini.
1. Yang pertama adalh menggeser brush sehingga menghadap pada arah netral, dan
2. Menambah magnet kecil pada bagian atas medan maget sehingga garis netralnya tidak berubah meskipun terjadi medan magnet pada konduktor.

            Medan magnet pada generator dapat bersumber dari magnet permanen maupun elektro magnet. Magnet permanen biasanya digunakan pada alat alat ringan seperti pada telephon, soundsistem dan lain lain. Sedangkan pada generator, magnet yang digunakan biasanya adalah electromagnet.

Pada umumnya, terdapat 3 jenis generator DC yaitu:
1. Sepaarately Excited
            Pada generator jenis ini, electromagnet yang merupakan sumber induksi magnet berada diluar system dan dipasang terpisah dengan motor uyang berputar.

2. Self Exited
            Pada generator ini, putaran motor akan menghasilkan arus listrik yagn digunakan untuk menginduksi electromagnet yang ada didalam system tersebut sehinggga akan menghasilkan arus listrik. Dengan kata lain, motor tersebut akan menginduksi dirinya sendiri. Semakin besar beban yang ada pada generator, maka induksi yang dihasilkan oleh elektro magnet akan besar pula. Hal ini akan berpengaruh juga pada voltase yang smakin besar.hal ini berlaku sebaliknya.
 





Lihatlah Dari Berbagai Sisi

Dari sudut pandang api.  Merekalah yang selalu peduli akan kesalahan . Dimata mereka, kitalah sang hina.. mereka yang peduli akan bayangan tanpa hiraukan cahaya. Mereka yang kadang jadi kita, atau kita yang kadang jadi mereka.

Dari sudut pandang air.. Mereka yang dibutakan keadaan. Mereka yang melihat cahaya tanpa hiraukan titik hitamnya. Fanatik buta,, Mereka, mereka sang pemuja keindahan. Dan mereka, entah mereka yang kadang jadi kita atau kita yang berusaha jadi mereka.

Lantas, dari sudut mana kita memandang ?
Air dan api adalah kesetimbangan. Ketika terlalu banyak api, timbulah kebakaran dan ketika terlalu banyak air jadilah kehanyutan. Sebagian daripada api adalah wujud dari kesombongan. Kesombongan akan diri atau pujaannya. Ketika api bertemu api, makn besarlah ia. Ketika air berhadapan dengan air, disinilah letak keanehannya. Tanpa ada toleransi, pemujaan yang berlebihan menimbulkan kebencian, hampir seperti api. 



Proses Pengecoran (bagian 4) "Mould / Cetakan"

                Cetakan Pasir
Bahan cetakan yang lazim digunakan adalah pasir, baik yang mengandung lempung sebagai pengikat, maupun pengikat khusus. Bahan cetakan dibagi menjadi dua bagian :
  1. Permanen     :  terbuat dari besi dan paduan, grey cast iron, steel dll.
  2. Temporer      :  terbuat dari pasir, resin, ceramic, dll.

Proses pembuatan cetakan secara umum diklasifikasikan menjadi dua :
  1. Dengan tangan (hand moulding), untuk skala produksi kecil.
  2. Dengan mesin (machine moulding), untuk skala produksi besar.

Berdasarkan jenis material yang digunakan diklasifikasikan menjadi :
  1. Cetakan pasir (Green sand moulds),
  2. Cetakan pasir kering (Dry sand moulds)
  3. Cetakan tanah liat (Loam moulds)
  4. Cetakan logam (Metal moulds)

                Pasir Cetak
Sifat-sifat yang harus dimiliki pasir cetak adalah :
  1. Sifat tahan panas, pasir tidak boleh meleleh di bawah pengaruh panas. Temperatur dimana pasir mulai meleleh disebut titik sinter. Semakin besar butiran pasir semakin tinggi titik sinternya.
  2. Permeabilitas (daya salur udara), pasir yang dipadatkan harus dapat dilalui oleh udara gas hasil pemanasan. Permeabilitas tergantung dari besar butir, bentuk butir, kadar air, dan kadar tanah liat (clay).
  3. Besar dan bentuk butir, ukuran butir pasir ditunjukkan dengan GFN (Grain Fineness Number) makin tinggi angkanya pasir makin halus. Untuk mengetahui penyebaran dari besar butir pasir dilakukan dengan analisa ayak (Sieve analysa). Bentuk butir pasir diklasifikasikan menjadi bersudut (angular), sebagian bersudut (sub angular), bulat (rounded), kristal (compound).






                                    
Gambar 5.1  Bentuk Butir Pasir

Tabel 5.1  Ukuran Besar Butir Pasir
No
GFN
Metal
1
40 - 50
Baja (Steel )
2
50 - 70
Besi tuang kelabu (Grey cast iron)
3
60 – 80
100 - 140
Tembaga (Coper) dan paduan ringan (Light alloys)

  1. Kadar tanah liat (Clay), menurut kadar tanah liatnya pasir alam dibagi menjadi tiga golongan, yaitu
1.    pasir silicious (kadar tanah liat kurang dari 2%), digunakan sebagai inti (core) atau sintetis mould.
2.    pasir dengan kadar clay rendah (3 – 8%), digunakan untuk membuat pasir cetak semi sintetis, dengan menambahkan clay (bentonite).
3.    pasir cetak alam (6 – 25%).
  1. Kadar air (moisture content), ini penting untuk menentukan mudah tidaknya suatu pasir dibuat cetakan. Kadar air tinggi menyebabkan permeabilitas rendah, sebaliknya kadar air rendah menyebabkan kekuatan (strength) menurun.
  2. Kekuatan tekan basah (Green compression strength), untuk menghindari perubahan bentuk dari cetakan, pasir harus mempunyai kekuatan tekan basah minimum 700 g/cm2.
  3. Kekuatan geser basah (Green shear strength), untuk mencegah pecahnya pasir bila cetakan diangkut dari model, dianjurkan pasir mempunyai kekuatan geser basah minimu 200 g/cm2.
  4. Kemampuan alir (Flowability), sifat yang memungkinkan pasir menutupi seluruh model dengan baik, terutama pada dinding vertikal dan sudut. Kemampuan alir dipengaruhi oleh kadar air, besarnya antara 45-55%.
  5. Kekerasan  (Hardness), sifat ini penting untuk mendekati tegangan tekan dan geser.



     Tabel 5.2  Pengujian kekerasan cetakan pasir :
No
Tingkat kekerasan
Kekerasan
1
rendah
40
2
medium
50
3
tinggi
70
4
sangat tinggi
85


                Cetakan Pasir dengan Pengikat Khusus
Cetakan pasir basah dengan pengikat lempung adalah murah, teapi kekuatannya rendah, sehingga pasir basah tidak dapat dipakai untuk cetakan benda tipis dan untuk inti. Cetakan kulit (shell mould), CO2, self hardness, dan sebagainya adalah contoh cetakan yang mempergunakan pengikat khusus.

Pembuatan  Cetakan dengan Cara C02
Air kaca 3 – 6% ditambahkan pada pasir silica yang mempunyai kadar lempung sesedikit mungkin dan dicampur dengan menggunakan pengaduk pasir. Butir-butir pasir lebih baik agak bundar. Air kaca kaca yang dipakai harus mempunyai perbandingan molekul SiO2 dan Na2O lebih dari 2,5 dan air yang bebas di bawah 50% serta mempunyai viskositas rendah. Pencampuran pasir silica dan air kaca dilakukan selama kurang dari 5 menit, dan campuran harus diisolasi dari udara luar dan dalam satu bejana.

Gas CO2 ditiupkan ke dalam cetakan pada tekanan 1,0 – 1,5 kgf/cm2, maka cetakan ini akan mengeras dalam waktu singkat. Cara pembuatan cetakan ini disebut cara CO2. Reaksi pengerasan pada cara CO2 dijelaskan dengan rumus sebagai berikut :

Na2O . SiO2 . xH2O  +  CO2                  Na2CO3 . xH2O  +  SiO2

Metode pembuatan cetakan dengan cara CO2 adalah sebagai berikut :
1.        Pasir dipadatkan ke dalam kotak cetakan (inti) dan lubang angin dibuat dengan menggunakan jarum.
2.        Cetakan ditiup dan jarum-jarum ditarik sehingga terjadi lubang-lubang.
3.        Gas CO2 dialirkan melalui lubang-lubang itu.
4.        Keluarkan pola dari cetakan (inti).







Gambar 5.2  Proses Pembuatan Cetakan (inti) dengan CO2

Pembuatan Cetakan dengan Mengeras Sendiri (Self Hardness)
Apabila pengikat khusus dibubuhkan pada pasir cetak maka cetakan yang dibuat dari campuran ini mengeras secara alamiah. Reaksi pengerasan dimulai segera atau beberapa saat setelah pencampuran pasir dengan pengikat. Oleh karena itu waktu pengolahan pasir harus cocok dengan waktu pembuatan cetakan, dan tidak baik membiarkan campuran pasir untuk waktu yang lama setelah pencampuran. Sebagai pengikat dipakai :

Bahan organic :
Bahan pengikat organic yang dipakai adalah minyak yang didenaturkan atau resin furan. Dalam pemakaian minyak tersebut, ditambahkan 1 – 5% minyak pada pasir silica, selain itu ditambah juga sabun logam atau kalium permanganat 0 – 10% dari jumlah minyak, sebagai zat pengoksid.

Dalam pemakaian resin furan, ditambahkan 2 – 3% pasir silica, disamping itu juga ditambahkan asam fosfat atau asam borat sebanyak 20 – 30% dari jumlah resin sebagai pengeras. Untuk mencampur dipakai pengaduk pasir yang biasa dengan waktu pengadukan tersebut dipengaruhi oleh temperature pasir dan keadaan udara luar. Kalau temperature udara luar pada waktu pengolahan pasir dan temperatur pasir rendah, maka oksidasi dan timbulnya kekuatan basah lebih lambat sedangkan kalau pasir dipanaskan, oksidasi dan timbulnya kekuatan basah dipercepat. Derajat peningkatan itu diatur oleh jumlah zat pengeras. Kekuatan pasir setelah pencampuran bertambah sesuai dengan waktu, setelah 24 jam kekuatan tekanannya menjadi 10 – 15 kgf/cm2.



Semen
Semen Portland 6 – 12% ditambahkan pada pasir silica, juga selain itu ditambahkan zat pengeras lain seperti gula tetes atau kalsium khlorida dan air sebanyak 50 – 100% dalam perbandingan pada semen yang kemudian diaduk. Pasir dan semen dicampur selama 2 menit oleh pengaduk pasir jenis Shimson, kemudian air ditambahkan dan diaduk selama 3 – 5 menit. Kadang-kadang bubuk kayu atau bubuk arang dicampurkan ke dalamnya untuk memperbaiki sifat mampu ambruknya.

Dalam pembuatan cetakan, pasir campuran semen dimasukkan ke dalam rangka cetakan sewaktu belum kehilangan fluiditasnya, dan pola dikeluarkan sebelum kekuatan pasir semen meningkat, dimana harus diperhatikan agar tidak boleh terjadi retak. Apabila disangsikan akan terjadi kerusakan pada cetakan sewaktu penarikan pola, maka penarikan lebih baik dilakukan setelah cetakan keras. Tentu saja penarikan menjadi lebih sukar. Oleh karena itu permukaan pola lebih baik dibuat halus dan diberi kemiringan yang cukup serta dilapisi dengan minyak encer atau minyak tanah supaya mudah ditarik.

Cetakan berukuran kecil dari pasir campuran semen dipakai sewaktu basah, sedangkan cetakan berukuran besar lebih baik dikeringkan dulu pada temperatur 200 oC selama 2 – 3 jam.

Air-Kaca – Terak
Campuran pasir dengan tambahan terak atau semen mengeras pada temperature kamar dan menunjukkan kekuatan yang cukup untuk suatu cetakan karena terak atau semen bekerja sebagai zat pengeras. Pasir macam ini lebih murah dibandingkan dengan pasir pengeras CO2 dan menunjukkan mamu ambruk yang lebih baik, karenanya kadang-kadang pasir tersebut dipakai. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
1.        Kekuatan cetakan terjadi dalam waktu yang singkat, lubang-lubang kecil atau gelembung udara terjadi kalau logam cair dituangkan tiba-tiba, sebab terkandung kadar air sisa yang banyak. Oleh karena itu lebih baik kalau menuangkan logam cair ke dalam cetakan 24 jam atau lebih setelah pembuatan cetakan.
2.        Pengambilan pola lebih baik dilakukan 40 -60 menit untuk kup dan 90 -120 menit untuk drag setelah pembuatan cetakan. Zat pemisah harus dipulaskan secukupnya pada pola untuk mencegah karat.
3.        Permukaan cetakan dilapisi dengan bubuk grafit atau sebangsanya. Tanpa pelapis cetakan, pengambilan pasir akan sukar dan permukaan coran menjadi kasar.



Air-Kaca – Bubuk Logam
Campuran pasir air-kaca dan bubuk logam seperti Si atau Al mengeras karena reaksi eksotermis. Reaksi ini sangat keras dan air hilang sebab membentuk hydrogen. Oleh karena itu akan diperoleh cetakan yang kuat tanpa air.

Cara yang mempergunakan fero silicon sebagai bubuk silicon disebut proses-N, ialah cara yang paling terkenal dari tipe ini. Dalam mempergunakan cetakan ini harus memperhatikan hal-hal berikut :
1.      Reaksi kimia harus telah berkahir. Kalu logam cair dituangkan ke dalam cetakan yang reaksinya belum selesai, maka reaksi pembentukan gas hydrogen akan terjadi karena cetakan terpanasi, yang dapat menyebabkan ledakan.
2.      Laju reaksi tergantung pada temperatur udara luar. Oleh karena itu susunan dan waktu pencampuran harus ditentukan pada keadaan normal.

Pelapis Cetakan
Bagi cetakan pasir dengan pengikat khusus harus dipilih pelapis cetakan yang cocok sesuai dengan : nomor kehalusan butir dari pasir, bahan, tebal dan bentuk coran, jenis pengikat, dan sebagainya. Pelapis cetakan di bawah ini adalah yang biasa dipakai, antara lain :
1.        Pelapis ceakan air ; grafit kerak 35 bagian, grafit tanah 35 bagian, lempung tahan api 15 bagian, pengikat (tetes atau lainnya) 3 bagian, bata tahan api kelas tinggi (sebagai contoh, bunga zircon) 12 bagian dan air 100 – 200 bagian diaduk untuk diapakai sebagai pelapis. Kemudian dipulaskan pada permukaan cetakan dan dikeringkan.
2.        Pelapis cetakan kering cepat ; methanol mutu tinggi 100 bagian, resin fenol 2 bagian, terpeten 1,4 bagian diaduk. Campuran tesebut 60 – 70 bagian, grafit kerak 20 bagian, grafit tanah 10 bagian, jelaga kokas 20 bagian, lempung tahan api 10 bagian dan bunga zircon 40 bagian diaduk untuk dipakai sebagai pelapis. Ia dipulaskan  pada permukaan cetakan dan dibakar sehingga pelarutnya terbakar. Pelapis-pelapis cetakan itu dipakai untuk cetakan atau inti dari pasir minyak, cetakan CO2, atau cetakan kulit. Cara penggunaannya ialah dengan memulaskan, menyemprotkan atau mencelupkan dan pemilihan cara tersebut tergantung pada bentuk cetakan atau efisiensi kerja.

                Perlengkapan Cetakan
Penyangga
Penyangga dibuat dari logam yang dipergunakan menyangga inti. Bentuk dan ukuran penyangga harus sesuai dengan keadaan coran, dan bahannya sebaiknya sama dengan bahan coran. Adapun bentuk jenis penyangga antara lain :
-      Penyangga kepala ganda, adalah jenis yang paling lazim dipakai. Jenis ini mempunyai berbagai bentuk dan ukuran. Batang di antara kedua kepala berulir agar mudah berfusi dengan logam. Kedua kepala mempunyai lubang-lubang kecil agar gas yang datang pada penuangan mudah keluar.
-      Penyangga batang, dipakai untuk menyangga inti coran yang besar. Penyangga ini diikat oleh batang panjang pada rangka cetakan, rangka atau mandrel.
-      Penyangga berlubang, dibuat dari pelat baja tipis yang mempunyai banyak lubang yang dapat melewatkan gas keluar dan berfusi dengan logam sekelilingnya. Dipakai untuk coran yang kecil dan coran yang kedap tekanan.
-      Penyangga pelat logam, dibuat dari pelat baja tipis yang dipres. Jenis ini kecil tapi kuat walaupun bersentuhan dengan logam cair.
-      Penyangga coran, dibuat dengan pengecoran logam yang sama dengan logam coran. Dibuat untuk coran yang tebal dan besar.
-      Penyangga radiator, dipakai untuk menyangga inti dari coran kecil. Dipasang pada cincin yang diletakkan pada permukaan cetakan.

                                              
Gambar 5.3 : Berbagai Macam Penyangga

Mandrel
Mandrel adalah kerangka yang diletakkan dalam inti atau cetakan untuk mencegah patahnya inti. Penggunaan yang salah dari mandrel mempengaruhi efisiensi pembuatan cetakan dan opersi pembongkaran selanjutnya, menyebabkan cacat coran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan mandrel adalah :
-      Pertimbangkan mengenai pemuaian panas dalam pengeringan dan penuangan
-      Pertimbangkan mengenai penyusutan coran setelah penuangan
-      Buatlah mandrel yang tahan akan penggunaan berulang
-      Sifatnya memperkuat inti agar mampu menerima tekanan dari logam cair
Pemberat
Dalam penuangan logam cair ke dalam cetakan, kup mengalami daya apung karena logam cair. Maka pemberat perlu diletakkan di atas kup untuk mencegah terapungnya. Pemberat dihitung menurut rumus sbagai berikut :

          W  =  k P A (kgf)   =   (1,5 – 2,0) . λ . A . h  (kgf)
dengan :
P        :  tekanan dinamik dari logam pada permukaan pemisah (kgf/cm2)
          :   P  =  λ h
          :   λ   :  berat jenis logam cair, mis. 0.0073 kg/cm3 untuk besi cor kelabu
          :   h   :  tinggi saluran turun di atas permukaan pemisah
A        :  luas irisan rongga cetakan pada bagan (cm2)
k        :  factor keamanan (1,5 – 2,0)









(Sumber : Diklat Teknik Pengecoran Teknik Mesin Universitas Jember 2006)



Proses Pengecoran (bagian 3) "Gating System"

Sistem Saluran   (Gating System)


Sistem saluran adalah jalan masuk bagi cairan logam yang dituangkan ke dalam rongga cetakan. Tiap bagian diberi nama, dari mulai cawan tuang dimana logam cair dituangkan dari ladel, sampai saluran masuk ke dalam rongga cetakan. Nama-nama itu adalah cawan tuang (cup), saluran turun (sprue), pengalir (runner), dan saluran masuk (in gate), seperti dijelaskan dalam gambar 4.1.
Gambar 4.1  Istilah dalam Sistem Saluran

Fungsi sistem saluran tuang :
1.          Logam cair dapat mengisi rongga cetakan secepat mungkin, serta menghindari pembekuan awal.
2.          Mengurangi atau mencegah agitasi dan pembentukan dross dalam rongga cetakan
3.          Mencegah masuknya terak, buih, dross, dan erosi pasir yang terbentuk ke dalam rongga cetakan.
4.          Mencegah terjadinya aspirasi udara atau gas dari cetakan ke aliran logam cair yang masuk.
5.          Menghindari erosi dari pasir cetak dan pasir inti.
6.          Mengarahkan derajat termal selama berlangsungnya pendinginan, sehingga kerusakan tuangan terutama pada daerah antara saluran tuang dan tuangan.
7.          Agar diperoleh yield yang maksimum dan biaya pemotongan yang minimum.
8.          Memudahkan penuangan logam bila digunakan ladel dengan peralatan crane.



Fungsi saluran penambah (Riser)
1.            Sebagai reservoir logam cair, sehingga pada waktu logam cair dingin menjadi padatan penyusutan dapat ditangguhkan
2.            Merupakan bagian terakhir dari tuangan yang membeku dan mengarahkan system pembekuan.
3.            Menyalurkan gas atau udara dari rongga cetakan sehingga cacat tuangan dapat terhindari.
4.            Sebagai system yang memberitahu bahwa penuangan dan pemasukan logam cair sesuai yang dikehendaki.

Untuk menentukan bentuk dan dimensi sistem saluran tuang dan sistem penambah suatu tuangan, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.            Jumlah logam balik (return scrap), akan menentukan nilai ekonomis tuangan.
2.            Jenis logam yang hendak dituang.
3.            Bentuk tuangan dan dimensi tuangan.
4.            Dimensi dan konstruksi cetakan.
5.            Jenis cetakan (pasir cetak) yang digunakan.

Sistem saluran tuang dapat dibedakan menjadi :
1.            Sistem saluran datar
2.            Sistem saluran tegak

Sistem penambah (Riser) dapat dibedakan :
1.            Sistem penambah atas (top riser)
  1. Sistem penambah atas terbuka (open riser)
  2. Sistem penambah atas tertutup (blind riser)

2.            Sistem penambah samping (side riser)
  1. Sistem penambah samping dingin terbuka
  2. Sistem penambah samping dingiin tertutup
  3. Sistem penambah samping panas terbuka
  4. Sistem penambah samping panas tertutup

Cara yang dipergunakan untuk menentukan sistem saluran dari coran besi cor :
1.             Tentukan waktu tuang (t) sesuai dengan jumlah berat dari logam cair yang dituang (W), dengan menggunakan diagram empiris seperti gambar 4.2.
2.             Tentukan volume penuangan (Q) per satuan waktu dari jumlah berat yang dituang (W), waktu tuang (t) dan berat jenis logam (γ).
Gambar 4.2  Diagram Laju Penuangan

3.             Volume tuang  (Q) per satuan waktu adalah perkalian dari luas irisan dari saluran masuk (a) dan kecepatan rata-rata logam (v), sehingga (a) ditentukan dari (v). Dan (v) dihitung dari tinggi saluran turun dengan :
dengan :
C        :  koefisien aliran yaitu 0,5 – 0,6 untuk saluran yang rumit
                                          0,9 – 1,0  untuk saluran sederhana
g        :  percepatan grafitasi bumi 980 cm/detik2
4.             Kalau saluran masuk lebih dari dua, luas irisan (a) dibagi oleh banyaknya saluran masuk. Ukuran saluran masuk ditentukan sesuai dengan luas irisannya.
5.             Ukuran saluran turun dan pengalir dientukan dari jumlah luas irisan saluran masuk. Untuk besi cor biasanya ditentukan dari : luas irisan saluran turun > luas irisan pengalir > luas irisan saluran masuk. Perbandingan  dari ketiga ini diambil 1 : 0,9 : 0,8 atau 1 : 0,75 : 0,5. Tetapi saluran bawah mempunyai luas saluran masuk yang lebih besar, dan dalam hal ini kadang-kadang perbandingan ini diambil 1 : 1,1 : 1,2. Sedang untuk baja cor luas saluran turun = 1,4 – 1,5 x luas nozel
Perbandingan luas saluran turun : luas pengalir :luas saluran masuk =
          1 : (1,5 – 2) : (2 – 4).


6.             Perencanaan penambah (riser)
D2      =  3 t (atau t’)
H1      =  1,5 D2 ~ 2 D2
W1      =  0,5 D2
W2      =  0,8 D2
A        =  0,5 D2 (bentuk batang)
A        =  0,8 t (pelat)
H2      =  1,5 A
R1       =  D2
Gambar 4.3  Ukuran Saluran Penambah

7.             Banyaknya saluran masuk, dihitung dengan menggunakan rumus :
dengan :
n        :  banyak saluran masuk
l         :  panjang coran
8.             Jumlah luas saluran (a1)
a1  =  n . W2 . A
Perbandingan luas saluran turun terhadap luas pengalir dan terhadap luas saluran masuk adalah  1 : 2 : 2
Pengalir      W  =  0,8 h            a2  =  h.W
Saluran turun    
9.             Untuk saluran bawah
D2      =  2,5 D1
H2      ≥  75 mm
D3      =  3 D1
H3      =  2 D3  =  6 D1
D4      <  ½ T  dan  D4   ≥  8
H4      =  4D4
Gambar 4.4  Ukuran Saluran Bawah

10.          Lebar (D5) dan tinggi (H5) dari saluran pengalir :
             H5   =  1,2  D5
11.          Banyaknya saluran masuk :



(materi ini diambil dari mata kuliah Teknik Pengecoran di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember)


















Total Tayangan Halaman

Nanda Choirul Amshori. Diberdayakan oleh Blogger.

LOGO

Popular Posts